Monday 13 June 2016

MENGENAL SOSOK GEMBALA YANG BAIK

MENGENAL SOSOK GEMBALA YANG BAIK
Mazmur 23:1-6

Setiap orang dalam menjalani hidupnya senantiasa membutuhkan kehadiran seorang sosok yang lebih matang, berpengalaman dan bisa dipercaya untuk menjadi penuntun bagi dirinya. Karena tanpa tuntunan yang jelas, hidup ini tidak akan bisa berjalan ke arah yang lebih baik sebagaimana yang diharapkan.
Mazmur ini berisikan pengakuan iman Daud tentang Allah sebagai Gembala yang baik. Daud mengandaikan dirinya sebagai domba yang membutuhkan Gembala yang baik untuk menjalani kehidupannya. Sebagai domba maka ia harus mempercayai Gembalanya dalam memberikan tuntunan dan jaminan perlindungan. Seekor domba akan tergantung sepenuhnya pada tuntunan gembalanya supaya dapat menjalani kehidupannya dengan baik. Sikap ini menggambarkan pengenalan Daud tentang Allah sebagai gembala yang baik dalam memberikan sukacita dan damai sejahtera. Dalam perikop ini, Daud memulai pujiannya dengan ungkapan “Tuhan adalah gembalaku (ayat1a). Ungkapan yang menggunakan kata “ku” merujuk pada hubungan intim antara Daud dengan Tuhan. Daud menyampaikan kesaksian hidupnya bersama Tuhan. Apa yang diberikan Tuhan sebagai gembala, yakni kepuasan, keamanan, kedamaian dan kepastian hidup; masa sekarang dan masa depan. Kesaksian ini menciptakan kerinduan dalam diri Daud untuk berada dalam rumah TUHAN sepanjang masa. Bagi Daud yang paling penting adalah berjalan bersama TUHAN, baik dalam keadaan tentram maupun bahaya.
Bagaimana dengan kita? Apakah sikap iman Daud juga telah menjadi sikap iman kita bahwa di dalam Tuhan kita tidak akan kuatir, karena Dia akan menolong kita keluar dari pergumulan hidup kita. Dan jalan yang ditunjukkan-Nya adalah jalan keselamatan. Memang, jalan yang harus dilalui akan menghadapi begitu banyak tantangan, namun pada akhirnya akan sampai pada tujuan, sebab Tuhan adalah Gembala yang baik.


Sunday 12 June 2016

MELIHAT KEMULIAAN ALLAH DALAM KETAATAN

MELIHAT KEMULIAAN ALLAH DALAM KETAATAN
Lukas 5;5-11
Dalam sejarah penciptaan manusia, sangat jelas disitu ditekanan tentang  kedudukan manusia sebagai mandataris Allah di bumi, yaitu untuk bekerja mengelolah hidup dan dunia ini bagi kemuliaan Allah. Sebagai mandataris Allah, tentunya manusia dituntut untuk bekerja berdasarkan perintah/mandat Allah semata-mata dan bukan berdasarkan selera manusia. Namun dosa telah merusak cara pandang kita tentang Allah sehingga terkadang kita meragukan kuasa-Nya. Kita sering berkarya dengan mengandalkan kekuatan dan kemampuan analisa akal manusiawi kita.
Diceritakan dalam bacaan ini, Simon Petrus dan teman-temannya sedang membereskan jalanya. Mereka adalah nelayan yang berpengalaman. Namun sekalipun mereka sudah semalaman menjala ikan, tetapi belum juga mendapatkan hasil. Hidup mereka sangat tergantung dari hasil tangkapan ikan. Di tengah keputus-asaan, datanglah Yesus menghampiri mereka. Dalam perjumpaan itu, Yesus mengajak Petrus dan teman-temannya bertolak ke tempat yang dalam dan menebarkan jala. Hasilnya, sungguh di luar dugaan. Mereka mendapat banyak ikan bahkan jala mereka nyaris koyak. Ada hal menarik dari kisah ini bahwa meskipun mereka nelayan yang sudah berpengalaman; tahu persis kapan dan dimana dan bagaimana cara menangkap ikan. Namun ketika Yesus meminta untuk bertolak ke tengah dan menjala ikan, mereka tetap mengikuti apa yang Yesus katakan. Petrus dan teman-temannya membuka hati dan budi mereka sehingga menerima undangan Yesus. Hasilnya, sangat menakjubkan.
Disini kita belajar, bahwa apabila Tuhan memerintahkan kita untuk taat, apapun bentuk perintah itu dalam kehidupan kita, jangan nilai situasi berdasarkan kemampuan dan pikiran kita sendiri, melainkan taat saja tanpa banyak bertanya. Dalam kisah ini, Petrus mentaati Firman Tuhan dengan sepenuh hati; tanpa banyak tanya. Akibatnya, ia melihat kemuliaan Allah dan menerima berkat yang melimpah. Kisah ini mengajar kita untuk bagaimana merespon ketika Tuhan memerintahkan kepada kita sesuatu yang nampaknya tidak masuk akal. Mari kita belajar taat dengan sepenuh hati. Dengan demikian kehidupan kita akan diberkati. Amin!











Tuesday 12 January 2016

MENANTI-NANTIKAN TUHAN

Mazmur 25:1-5
MENANTI-NANTIKAN TUHAN
Menjadi umat Tuhan yang taat dan setia, tidak berarti bahwa kita akan lepas dari berbagai pergumulan. Pergumula adalah bagian dari hidup manusia; orang yang percaya maupun orang yang tidak percaya. Setiap saat kita dapat menghadapi masalah dan pergumulan hidup. Tuhan pun tidak pernah berjanji bahwa Dia akan meluputkan kita dari setiap bentuk permasalahan hidup. Yang Dia janjikan ialah bahwa Dia akan menyertai dan memberi kekuatan bagi setiap orang yang percaya kepada-Nya dan selalu menanti-nantikan pertolongan-Nya.
Daud begitu yakin bahwa orang yang menanti-nantikan Tuhan tidak akan mendapat malu. Sebaliknya, orang yang tidak setia dan tidak taat akan mendapat malu. Pemazmur senantiasa mengangkat jiwanya kepada Tuhan di dalam doa setiap saat (ay.1), ia menyerahkan dirinya dan seluruh perhatiannya hanya kepada Allah (ay.2). Pemamur percaya dan mempercayakan diri sepenuhnya kepada Tuhan sehingga ia tidak mungkin lagi dipermalukan oleh musuh (ay.3). Ia menanti-nantikan Tuhan sehingga masa depannya terjamin. Pemamur yakin bahwa orang yang menanti-nantikan Tuhan pasti hidupnya dipimpin oleh Tuhan.

Banyak orang tidak tahan menghadapi berbagai masalah dan pergumulan. Mereka mengeluh dan terus mengeluh sehingga kalah sebelum berjuang karena tidak percaya kepada Tuhan. Yesus sudah memberi pesan bahwa sebelum kedatangan-Nya kelak, akan banyak masalah dan pergumulan  dihadapi oleh umat-Nya ( Mat.24:3-28). Tetapi ketika kita senantiasa menanti-nantikan pertolongan Tuhan, maka kita akan dimampukan bertahan sampai akhir dan tidak akan mendapat malu. Menanti-nantikan Tuhan akan memberikan kemampuan menghadapi masalah dan pergumulan  serta musuh yang mengancam kita setiap saat. Amin!

Sunday 10 January 2016

JANGAN MELECEHKAN TUHAN

Kisah Para Rasul 12:20-23
JANGAN MELECEHKAN TUHAN
Sering terjadi bahwa ketika seseorang memiliki jabatan penting, baik dalam lingkup pemerintahan maupun dalam masyarakat, sering menggunakan wibawa atau jabatannya untuk melakukan sesuatu yang sesungguhnya melanggar undang-undang atau melanggar kebiasaan setempat, utamanya melanggar ketetapan-ketetapan Allah. Contohnya, tidak sedikit orang yang dijebloskan ke dalam penjara karena menggunakan salah jabatannya; korupsi dan sebagainya, walaupun terkadang untuk melakukan itu ia terkadang memakai alasan ‘demi pelayanan bagi kepentingan orang banyak’. Bahkan terkadang menggunakan legitimasi atas nama Allah untuk mengelabui orang banyak.
Herodes adalah seorang raja yang menjalankan pemerintahannya dengan mengandalkan jabatan dan kekuatannya. Dalam pembacaan ini, dijelaskan bahwa pada saat ia menyampaikan pidatonya (ay.21), ia sangat bangga karena setelah ia selesai menyampaikan pidatonya, ia pun disambut oleh rakyatnya dengan bersorak-sorai membalasnya,”Ini suara Allah dan bukan suara manusia!”. Dan ternyata atas kejadian tersebut seketika itu juga Herodes ditampar malaikat Tuhan karena tidak menghormati Tuhan. Akhirnya Herodes mati dan dimakan cacing-cacing (ay.23).

Melecehkan Allah berarti kematian. Itulah yang telah terjadi kepada Herodes. Oleh karena itu, laluilah hidup ini dengan takut akan Tuhan. Jangan mengandalkan diri sendiri karena merasa kuat, punya jabatan dan kemudian tidak lagi mengandalkan Tuhan. Jalanilah hidup ini dengan segala karya yang dapat memuliakan Tuhan. Jadikan setiap kesempatan dan jabatan sebagai kesempatan untuk melayani dengan melakukan kebenaran-kebenaran-Nya karena untuk itulah Allah mengaruniakan hidup dan jabatan itu kepada kita. Karena jabatan adalah karunia Allah!

Friday 8 January 2016

KESETIAAN ITU BERHARGA


Amsal 3:1-4
KESETIAAN ITU BERHARGA
Jika kesetiaan seseorang dapat diukur dari angka satu sampai dengan angka sepuluh, maka menurut anda kesetiaan anda berada pada angka berapa?
Bagian firman yang kita baca saat ini berbicara tentang nilai dari kesetiaan. Kesetiaan itu dapat dibuktikan melalui tindakan dengan tidak melupakan ajaran Tuhan, karena inti ajaran Tuhan adalah mewujudkan kasih yan benar. Amsal mengatakan,”Kalungkanlah itu pada lehermu, tuliskanlah itu pada loh hatimu. Dalam konteks ini Tuhan diibaratkan seperti orang tua yang sedang mengajari anak-Nya. Tuhan menuntut kesetiaan dari umat-Nya untuk selalu memegang teguh  perintah Tuhan dalam hidupnya. Ada nilai yang baik yang akan menjadi bagian orang yang menyatakan kesetiaan , yaitu; umur panjang, kesejahteraan, mendapat kasih dan penghargaan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa kesetiaan membuat orang benar-benar menikmati hidup dalam anugerah Tuhan.

Kesetiaan adalah sebuah sikap hidup yang terus menerus yang berpola dalam mempertahankan kebenaran dalam hidupnya. Kesetiaan itu selalu bermakna baik, bermakna positif, yang tidak boleh dinodai oleh hal-hal yang akan merusak kesetiaan itu sendiri. Tuhan telah menyatakan kesetiaan-Nya kepada kita di dalam Kristus Yesus, bahkan Ia telah memberi seluruh hidup-Nya demi kesetiaan-Nya pada Bapa-Nya. Oleh karena itu, kitapun diajak untuk merenung bahwa apakah hingga saat ini kita tetap memelihara dan menjaga kesetiaan iman kita kepada Dia? Dan apa yang senantiasa kita lakukan untuk membuktikan kesetiaan itu?

Wednesday 6 January 2016

JERITAN YANG MEMILUKAN

Mazmur  22:13-16
JERITAN YANG MEMILUKAN
Pernahkah anda merasakan penderitaan yang amat dalam dan tiada taranya? Dan bagaimana perasaan anda ketika tak seorang pun peduli terhadap anda? Belum lagi jika ada orang yang mengumpat atau menertawakan anda, sambil menuduh dan mengatakan jika penderitaan itu adalah akibat dari perbuatan dan dosa-dosa kita.
Perasaan seperti itulah yang diungkapkan pemazmur dalam bacaan ini. Musuh-musuhnya diandaikan seperti lembu-lembu jantan dan banteng-banteng yang mengerumuni dan mengepungnya (ay.13). Musuh-musuhnya ibarat singa yang mengangakan mulutnya dan siap menerkamnya (ay.14). Suasana yang mencekam itulah yang menyebabkan kekuatannya hilang samasekali dan merasakan suasana kematian melanda hidupnya (ay.15-16). Namun dalam keadaan seperti itu ia tidak putus asa dan kehilangan harapan. Ia tetap percaya bahwa Tuhanlah yang memberi kehidupan, kekuatan dan pengharapan kepadanya (20-25). Keteladanan lain yang diperlihatkan oleh pemazmur adalah ketika ia menghadapi ancaman yang serius dari lawan-lawannya, ia tetap berseru dan berharap hanya kepada Tuhan sebagai satu-satunya sumber pertolongan yang sejati.

Lalu bagaimana dengan kehidupan kita? Adakah kita merasa bahwa setiap kali kita menghadapi pergumulan yang berat, bahan ketika kita dilanda oleh jeritan yang memilukan,  kitapu senantiasa mencari pertolongan Tuhan? Sudahkah kita seperti pemazmur yang selalu mengandalkan Tuhan dalam menghadapi penderitaan dan pergumulan? Karena itu, bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah daam doa. Amin!

Tuesday 5 January 2016

BERTEKUN MEMBACA KITAB SUCI

1 Timotius 4:13-14
BERTEKUN MEMBACA KITAB SUCI
Terkadang, banyak di antara kita yang mempunyai banyak sekali koleksi buku, dan tentunya kita juga rajin membacanya. Bahkan mungkin hampir semua koleksi buku tersebut sudah kita baca secara berulang-ulang, apalagi yang memang termasuk orang yang masuk kategori tipe ‘kutu buku’. Tetapi di balik ketekunan kita membaca segala macam jenis buku, mungkin tidaklah berbanding lurus dengan ketekunan kita membaca Alkitab. Kalau membaca buku merupakan kegiatan rutin yang telah terjadwal, maka mungkin membaca Alkitab hanyalah sebuah pilihan; yang dilakukan sewaktu-waktu.
Sangat ironis jika sebagian besar orang Kristen mempunyai kebiasaan yang demikian; membaca firman hanyalah sebuah pilihan kegiatan selingan, tetapi membaca buku dianggap kewajiban yang tidak boleh dilewatkan. Pesan Paulus kepada Timotius,” bertekunlah dalam membaca kitab suci, dalam membangun dan dalam mengajar.” Tiga hal yang sekaligus ditekankan Rasul Paulus, yakni; membaca kitab suci, membangun dan mengajar. Membaca kitab suci menjadi penekanan pertama, tentu saja sebagai syarat utama untuk melakukan langkah-langkah selanjutnya, yakni membangun dan mengajar.

Begitu pentingnya ,ketekunan membaca kitab suci bagi Paulus, untuk dapat melakukan banyak hal positif lainnya. Mungkin kita merasa sudah menjadi pengajar yang hebat, arsitek, atau pemimpin yang hebat, tetapi itu semua akan menadi rapuh, dan sia-sia jika tidak dibangun di atas dasar yang kuat, di dalam Kristus Yesus. Oleh karena itu belajarlah senantiasa untuk memahami pikiran dan kehendak-kehendak Yesus melalui firman-Nya.Amin!