Markus 4 :35-41
KISAH
SEORANG IBU TUA
Suatu ketika
seorang ibu tua rentah melakukan perjalanan dengan menumpung di oerahu layar
menyebrangi lautan menuju suatu daerah dimana anaknya sedang menuntut ilmu. Ditengah
perjalanan, badai dan ombak
menghempaskan perahu. Semua penumpang berteriak histeris karena ketakuan ada
yang mencari penampung, ada yang saling berpelukan dengan keluarga dan teman
seperjalanan, ada juga yang meloncat
keair untuk berenang mencari pantai dilautan yang tidak kelihatan.
Dalam kepanikan
itu, si ibu tetap duduk tenang sambil sesekali menengadahkan wajah dan
tangannya dengan bibir komat-kamit. Seorang awak kapal mendekati ibu itu seraya
berkata, “ibu, mengapa diam saja ? carilah pelampung dan masuklah kesekoci
bersama penumpang lain.” Si ibu menjawab, “apakah aku akan mampu dorong mendorong
merebut pelampung sekoci yang sekecil itu ? tidakkah kapal ini lebih besar
untuk berteduh dan berlindung ?” awak kapal itu menjawab, “ibu, kapal ini akan
tenggelam.” Kemudian si ibu menjawab, “aku akan tetap tinggal dikapal ini,
karena sekoci dan pelampung itu tidak akan perna sampai kedaratan. Mereka takkan
kuasa menentukan arahnya; sementara jika Tuhan mengijinkan kapal ini bertahan,
maka kita akan sampai kedaratan dan aku akan bertemu dengan anakku yang sedang
menungguku disana.” Si awak kapal bingung dan kembali bertanya, “bagaimana
sekiranya kita tidak mmampu meneruskan perjalanan dan putar haluan untuk
kembali ?” si ibu menjawab, “aku juga akan berbahagia , karena aku akan kembali
berkumpul dengan suamiku yang menungguku dirumah.” Awak kapal itu kembali
bertanya, “bagaimana kalau kapal ini tenggelam dan kita mati ditelan ombak dan
badai ?” si ibu tersenyum dan menjawab dengan tenang, “akupun akan tetap
berbahagia, karena aku akan bertemu dengan anakku yang telah lama pergi menghadap penciptanya.”
Awak kapal itu sangat kagum mendengar jawaban si ibu, lalu dengan lembut ia
menuntunnya keruang awak kapal seraya berkata, “terima kasih ibu, engkau telah
memberiku pelajaran yang sangat berharga, bahwa hidup harus dihadapi dengan
ketenangan jiwa dan terutama penyerahan diri kepada Tuhan Sang pencipta.”
hidup harus dihadapi dengan ketenangan jiwa dan terutama penyerahan diri kepada Tuhan Sang pencipta
ReplyDeleteAmin
ReplyDelete