Friday, 11 September 2015

KISAH SEORANG IBU TUA

Markus 4 :35-41
KISAH SEORANG IBU TUA

Suatu ketika seorang ibu tua rentah melakukan perjalanan dengan menumpung di oerahu layar menyebrangi lautan menuju suatu daerah dimana anaknya sedang menuntut ilmu. Ditengah perjalanan, badai  dan ombak menghempaskan perahu. Semua penumpang berteriak histeris karena ketakuan ada yang mencari penampung, ada yang saling berpelukan dengan keluarga dan teman seperjalanan,  ada juga yang meloncat keair untuk berenang mencari pantai dilautan yang tidak kelihatan.

Dalam kepanikan itu, si ibu tetap duduk tenang sambil sesekali menengadahkan wajah dan tangannya dengan bibir komat-kamit. Seorang awak kapal mendekati ibu itu seraya berkata, “ibu, mengapa diam saja ? carilah pelampung dan masuklah kesekoci bersama penumpang lain.” Si ibu menjawab, “apakah aku akan mampu dorong mendorong merebut pelampung sekoci yang sekecil itu ? tidakkah kapal ini lebih besar untuk berteduh dan berlindung ?” awak kapal itu menjawab, “ibu, kapal ini akan tenggelam.” Kemudian si ibu menjawab, “aku akan tetap tinggal dikapal ini, karena sekoci dan pelampung itu tidak akan perna sampai kedaratan. Mereka takkan kuasa menentukan arahnya; sementara jika Tuhan mengijinkan kapal ini bertahan, maka kita akan sampai kedaratan dan aku akan bertemu dengan anakku yang sedang menungguku disana.” Si awak kapal bingung dan kembali bertanya, “bagaimana sekiranya kita tidak mmampu meneruskan perjalanan dan putar haluan untuk kembali ?” si ibu menjawab, “aku juga akan berbahagia , karena aku akan kembali berkumpul dengan suamiku yang menungguku dirumah.” Awak kapal itu kembali bertanya, “bagaimana kalau kapal ini tenggelam dan kita mati ditelan ombak dan badai ?” si ibu tersenyum dan menjawab dengan tenang, “akupun akan tetap berbahagia, karena aku akan bertemu dengan anakku  yang telah lama pergi menghadap penciptanya.” Awak kapal itu sangat kagum mendengar jawaban si ibu, lalu dengan lembut ia menuntunnya keruang awak kapal seraya berkata, “terima kasih ibu, engkau telah memberiku pelajaran yang sangat berharga, bahwa hidup harus dihadapi dengan ketenangan jiwa dan terutama penyerahan diri kepada Tuhan Sang pencipta.” 

2 comments:

  1. hidup harus dihadapi dengan ketenangan jiwa dan terutama penyerahan diri kepada Tuhan Sang pencipta

    ReplyDelete