2 Samuel 1:17-27
Dalam konteks
dunia politik praktis; melakukan berbagai intrik dan manuver untuk menjatuhkan
lawan, atau melakukan pembunuhan karakter terhadap lawan politik adalah suatu
hal yang masih dianggap lumrah atau wajar oleh sebagian besar orang. Karena
dengan cara demikian seseorang dapat melambungkan kemasyuran namanya melebihi
saingannya.
Namun
berbeda dengan Daud. Sekalipun ia mengalami masa lalu yang tidak menyenangkan
karena sikap iri hati yang pernah diperlihatkan oleh Raja Saul kepadanya dulu,
namun ia tidak pernah menyimpan rasa dendam untuk membalasnya. Hal itu dapat
dilihat dalam bacaan ini. Ketika Daud mendapat kabar bahwa Raja Saul telah
meninggal di medan perang, Daud sama sekali tidak memperlihatkan rasa senang,
namun sebaliknya ia memperlihatkan rasa duka dan kehilangan yang amat dalam.
Bahkan ia menggubah sebuah lagu ratapan dan mengajarkannya kepada bani Yehuda
untuk dinyanyikan. Dalam rangkaian syair lagunya, Daud melukiskan betapa
kuatnya cinta dan kekagumannya kepada Saul dan anaknya, Yonatan (ay.23-27).
Sebuah gambaran kematangan emosional dan spiritualitas seorang Daud dalam
menyikapi realitas kehidupannya dengan penuh kearifan dan kebijaksanaan, dalam
konteks politik sekalipun.
Faktor
apakah yang telah membentuk karakter Daud sehingga mampu menjadi pribadi yang
matang secara emosional? Tidak lain karena keyakinan imannya terhadap cinta-kasih
dan kesetiaan Tuhan. Ia meyakini bahwa ketaatan kepada ketetapan-ketetapan
Allah akan menghasilkan berkat-berkat Allah, dan mengabaikan perintah-Nya akan
menghasilkan hukuman.
Menjalani realitas kehidupan
kita sehari-hari, tentunya kitapun tidak akan luput dari berbagai bentuk
persaingan. Namun mari kita menjalani kehidupan ini dengan mengandalkan Tuhan
agar kita senantiasa diberikan hikmat oleh-Nya dan tidak tergiring dengan persaingan-persaingan
yang tidak sehat. Hanya kekuatan cinta-kasih dari Tuhanlah yang bisa membimbing
kita untuk menjalani kehidupan ini secara benar. Dalam konteks kehidupan
manapun. Amin.
No comments:
Post a Comment