Monday, 12 October 2015

BIARKAN HATIMU MENDENGAR TUHAN

Ulangan 10 :16-19
BIARKAN HATIMU MENDENGAR TUHAN
 
Lawing  memang memiliki banyak kisah hidup yang bisa memberi pelajaran ! pada suatu hari, istri Lawing terhanyut di sungai. Penduduk desa pun segera bergegas untuk mencari sang istri. Yang menarik adalah sikap lawing sendiri. Saat datang kesungai, ia tanpa basa-basi bahkan bertanya, segera meloncat kesungai dan berenang kea rah hulu sungai, yakni dari mana air mengalir. Spontan orang desa berteriak : “kenapa berenang kearah hulu ? kan taka da orang yang terhanyut kea rah hulu sungai ?”. spontan Lawing menjawab, “tenang saja, soalnya istriku selalu berenang kea rah hulu !”. bagaimana bisa ketemu ?
Tegar tengguk dan enggan mendengarkan titah Tuhan, merupakan sikap yang berulangkali diperlihatkan umat Israel dalam perjalanan menuju tanah Kanaan. Dalam banyak peristiwa, mereka lebih sering mendengarkan keinginan hati mereka sendiri, meskipun berbagai tanda ajaib sesungguhnya sudah Tuhan perlihatkan bagi mereka. Tak heran, jika sebelum masuk ketanah Kanaan, Musa kembali mengingatkan mereka : sunat hatimu dan jangan lagi tegar tengkuk !

Sunat sendiri memang merupakan sebuah ritual yang terbesar luas didunia kuno dan seringkali dikaitkan dengan sebuah makna penyucian,  pendewasaan dan pengabdian (kel. 4 :24-26). Namun demikian, dalam Alkitab sendiri sunat juga sering dimaknai sebagai sebuah kesediaan memberi diri untuk mendengarkan suara dan panggilan Tuhan. Pesan untuk menyunatkan hati dalam bagian ini merupakan pesan yang sejajar dengan pesan untuk tidak lagi tegar tengkuk. Dalam hal ini yang diminta adalah kesediaan umat Tuhan untuk memberi hati mereka mendengarkan suara, kehendak dan panggilan Tuhan. Alasannya jelas, perjalanan dan kehidupan ditanah perjanjian bisa dijalani dengan baik, hanya jika umat Tuhan bersediah mendengarkan perintah Tuhan! Sebaliknya, seperti sejarah perjalanan orang tua mereka sebelumnya kepadang gurun, hati yang tak bersunat dan sikap yang tegar tengkuk, hanya akan membawa mereka ke dalam sebuah kehancuran.

No comments:

Post a Comment