Wednesday, 14 October 2015

TEKUN MENANTI



Roma 8:18-25
TEKUN MENANTI
Seorang penambang emas berlumuran lumpur, tidak kenal lelah, basah, panas oleh terik matahari, dan rasa lapar bagian kesehariannya. Waktu istirahat pun mungkin hanya sedikit waktu normal yang ia gunakan. Apa sesungguhnya yang mendorong dia untuk tekun bekerja seperti itu? Tidak lain adalah nilai emas. Ya nilai emas. Mungkin ia hanya mendengar cerita orang-orang yang sudah mendapat banyak uang penjualan hasil emas. Tapi yang jelas ialah ia ingin punya uang. Mendapatkan hasil, itulah yang memotivasinya. Oleh karena itu ia dengan sabar dan tekun bekerja tanpa peduli apakah ia kotor dan capek.
Paulus juga dalam kesaksiannya meyakinkan jemaat di Roma agar tabah menghadapi siksaan dan penderitaan. Saat itu, banyak sekali orang percaya teraniaya, disiksa dan dibunuh karena imannya. Orang Kristen dipaksa untuk meninggalkan imannya, dan menyembah kaisar. Oleh karena itu, Rasul Paulus senantiasa menguatkan jemaat bahwa penderitaan yang dihadapi sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita sebagai anak-anak Allah. Kalau kita menderita bersama-sama denga Dia, maka kita akan dipermuliakan bersama-sama dengan Dia (8:17). Bahkan dengan sangat rindu seluruh mahluk menantikan saat anak-anak Allah dinyatakan (8:19). Penyataan kemuliaan itulah (pengharapan) yang terus-menerus dinantikan, yaitu keselamatan.
Kapankah waktu itu akan tiba? Kita tidak tahu kapan hal itu akan terjadi, karena itu adalah rahasia Allah. Sebab hanya Bapalah yang tahu. Dan kita tahu bahwa sampai sekarang semua mahluk mengeluh dan sama-sama merasakan sakit bersalin, termasuk kita. Kita mengeluh dalam hati, sambil kita menantikan pengangkatan kita sebagai anak-anak Allah. Sebab kita diselamatkan dalam pengharapan (ay.24). Karena itu, marilah kita hidup dan tekun menanti dalam pengharapan yang kuat. Semoga kemuliaan itu jadi milik kita. Amin!

1 comment:

  1. marilah kita hidup dan tekun menanti dalam pengharapan yang kuat. Semoga kemuliaan itu jadi milik kita.

    ReplyDelete