1 Petrus 2:18-25
“TUNDUK DALAM PENDERITAAN…!”
Manusia
cenderung menyembunyikan ‘kelemahannya’. Kita ingin terlihat benar, kuat,
tenang dan tentram, sekalipun sesungguhnya kita sedang bergumul, bermasalah,
bahkan mungkin sedang ‘jatuh’, lemah
atau menderita. Manusia berusaha menghindari dan menyangkali hal-hal yang dapat
menimbulkan penderitaan. Makanya tidak jarang ada banyak yang berbohong menipu
diri sendiri bahkan juga orang lain.
Rasul Petrus berbicara kepada
orang-orang perantauan yang tersebar di beberapa tempat, terutama kepada yang
posisinya sebagai ‘hamba’ supaya senantiasa tunduk kepada tuan mereka, baik
yang peramah maupun yang bengis. Artinya apa? Sebagai symbol bahwa acapkali
seseorang menderita atas sesuatu yang tidak pantas ia terima. Memang
mengherankan karena ketika dirinya sebagai pelaku, belum tentu ia mau
mengakui apa yang dilakukannya, namun
justru yang dicari dari karakter anak-anak Tuhan adalah ‘tunduk ‘ dibawah
penderitaan, yang tidak seharusnya ia tanggung.
Panggilan
di dalam status sebagai pengikut Kristus, bukan cari nama atau popularitas atau
kesenangan lainnya yang biasa ditawarkan oleh dunia, namun justru dipanggil
untuk memikul salib melalui penderitaan, penolakan dan berbagai ancaman karena
melakukan kebenaran. Sebagai orang yang telah disembuhkan oleh bilur-bilur-Nya
dan diselamatkan dari dosa melalui pengorbanan-Nya, maka sepantasnyalah kita
melakukan dan mengalami apa yang pernah Dia alami.
Ketundukan
Yesus pada misi Allah adalah taat sampai mati di kayu salib. Bagaimana dengan
kita? Sanggupkah kita juga meneladani kataatan-Nya sekalipun harus menderita
dan mati? Penderitaan memang tidak boleh dicari-cari, namun ketika penderitaan
datang, apalagi jika penderitaan itu sebagai akibat karena melakukan kebenaran
dan keyakinan kita kepada Kristus maka penderitaan itu harus dijalani dan
diterima dengan penuh ‘kepasrahan’ dan kerelaan yang tulus, karena pada
akhirnya akan berakhir dengan ‘kemenangan’. Selamat menjalani penderitaan dan
cobaan hidup dengan iman yang sungguh kepada Tuhan. Amin!
No comments:
Post a Comment