“MENGASIHI DENGAN CARA YANG SEMPURNA…!”
(Yoh. 3:16)
Mengapa
dalam menjalani setiap realitas hidup
dan kebersamaan yang kita bangun dari hari ke hari, terkadang masih sering
diwarnai dengan perselisihan bahkan perpecahan, pada hal hampir setiap kali
ketika kita berbicara kepada sesama kita selalu mengatasnamakan kasih? Apakah
ada yang salah dengan kasih itu? Ataukah memang sudah demikianlah halnya
keberadaan kita sebagai manusia yang tidak sempurna?
Dalam
pembacaan ini, Yohanes menegaskan tentang bentuk kasih yang sesungguhnya, yaitu
kasih yang sempurna dari Tuhan kepada manusia.
Disebut sebagai kasih Ilahi (Divine Love) atau kasih Agape karena kasih
ini bersumber dari Allah. Kita bisa memiliki kasih ini bila kita memiliki
pengenalan akan Allah. Ciri kasih Agape ini yaitu; suka memberi (mau berkorban,
tanpa syarat), karena itu kasih Agape ini juga dikenal sebagai kasih “walaupun”
(“Saya akan tetap mengasihi “walaupun” dia membenci, …”). Tanpa kasih Agape,
kita tidak bisa menikmati kesempurnaan hidup, sebab kasih Agape inilah yang
memberi kesempurnaan. Tuhan merindukan ada kasih Agape dalam hidup kita, karena
itu Ia terlebih dahulu telah mendemonstrasikan kasih Agape untuk kita melalui
pengorbanan Yesus Kristus di kayu salib demi keselamatan kita. Kasih agape
bukan sekedar perasaan atau sebatas perkataan, namun ia harus dinyatakan secara
aktif dalam seluruh aspek kehidupan kita; tanpa syarat, dalam segala situasi dan
tanpa pandang bulu.
Jika
kita mengatakan sudah mengasihi sesama, namun hubungan kita masih selalu
diwarnai dengan perselisihan dan perpecahan, maka kasih yang kita pakai harus
segera diperiksa ulang. Itu mungkin bukanlah kasih agape; yang bersumber dari
Tuhan, melainkan kasih yang bersumber dari diri kita sendiri karena ada maunya.
Marilah
kita belajar bertumbuh di dalam kasih Tuhan, karena kasih agape inilah yang
menyempurnakan keterbatasan kita. Kita memang tidak sempurna, namun kita bisa
mengasihi dengan cara yang sempurna di dalam Tuhan. Tuhan Yesus memberkati!
Amin…!
No comments:
Post a Comment